Cerpen AKHIR PENANTIAN CINTA

AKHIR PENANTIAN CINTA
Oleh: Ocha

Dibawah pohon yang rindang,semilir angin menyapa setiap orang yang berada di halaman sekolah SMAN TUNAS BANGSA. Seorang gadis duduk termenung dengan memeluk sebuah buku diary. Tatapanya kosong,tiba-tiba,

“Cha, melamun saja sich?”

Teriak Sinta yang berwajah imut dan manis itu,seolah ia senang membuat teman dekatnya itu menjadi kaget.

“Eh kamu Sin,bkin kaget saja.”

“Kamu sich Cha, melamun terus kerjaannya. Mikirin apa?”

“Ryan Sin,gimana kabarnya ya? Dah lama nggak pernah ketemu sejak kelas 2 SD.”

“Menurutku dia baik-baik saja. Kamu nggak bisa melupakan dia?”

“Begitulah Sin. Kemanapun aku melangkahkan kaki,dia selalu hadir dalam bayanganku.”

“Meskipun kamu sadar Cha,Ryan sama sekali nggak pernah tahu perasaan kamu ke dia itu kayak gimana?”

“Iya Sin,aku sadar akan hal itu.”

TEEEET….

Bel masuk kelas membuat percakapan mereka berhenti.

“Dah masuk nich Cha,lanjutin nanti aja yuk!”

“OK Sin.”

****
Esok harinya, Ocha berjalan menuju kelasnya. Sepertinya ada yang berbeda hari ini,kenapa sepagi ini, wajah teman-teman Nampak semangat sekali, nggakseperti biasanya? Gumam Ocha.

“Hai Cha?” sapa Nicko.

“Hai Nick. Sepertinya ada yang berbeda sama teman-teman, kenapa?”

“Dengar-dengar, kelas kita akan kedatangan murid baru Cha,makanya semua pada semangat kayak gini deh.”

“Begitu ya? Ya sudah, aku masuk kelas dulu ya Nick?”

“Iya Cha.”

Pelajaran pertama segera dimulai. Murid XIIA3 sangat penasaran dengan sesosok yang berjalan menuju kelas mereka. Dari langkah kakinya, mereka tahu, sosok itu kian mendekat.

“Anak-anak,kalian akan mendapat seorang teman baru. Bapak harap,s etelah ini, kalian semua bisa menganggapnya sebagai bagian dari kelas kalian.”

“Iya pak…” jawab anak-anak serempak.

Terdengar ketukan pintu dari luar. Mulai muncul kasak-kusuk dari mulut anak-anak.semuanya membicarakan seperti apakah teman baru mereka itu. Berbeda dengan Ocha, ia terlihat biasa-biasa saja. Pak Burhan segera membukakan pintu, sesosok yang menyita perhatian Ocha itu tersenyum manis untuk orang-orang yang akan menjadi temannya.

Ryan… ucap Ocha lirih,hampir tidak terdengar suaranya.

“Teman-teman, nama saya Ryan Nugraha, pindahan dari IMKA/YMCA SURABAYA. Semoga kita bisa berteman dengan baik.”

“Baik nak Ryan, silakan duduk di bangku kosong paling belakang.”

Ocha bingung,bukankah bangku kosong paling belakang hanya ada satu,dan itu artinya, Ryan akan duduk disebelahnya? Ryan berjalan menuju meja Ocha, dia tersenyum manis, namun kali ini, senyum itu hanyalah untuk Ocha.

“Hai Cha?” Sapa Ryan.

“Hai juga Ryan.”

“Dah lama ya enggak pernah ketemu ? gimana kabar kamu ?”

“Iya. seperti yang kamu lihat Yan, aku baik-baik aja. kamu sendiri gimana ?”

“aku juga baik cha.” Jawab Ryan dengan pandangan yang sulit untuk dimengerti.

Anak-anak XIIA3 segera mengeluarkan buku pelajaran masing-masing karena Pak Burhan segera memulai pelajaran Bahasa Indonesia. Sejak saat itu, Ocha menjadi dekat lagi dengan Ryan, mereka sering ke kantin ataupun pergi ke perpustakaan bersama.

***
“Cha, daripada kita di kelas enggak ngapa-ngapain, mendingan kita ke perpustakaan aja yuk!” ajak Sinta

“Gimana ya??”

“Ayo dong Cha, please……”

“Iya deh yuk.”

“Ehm,kayaknya ada yang di lupain nih?” Protes Ryan

Ocha dan Sinta tersenyum getir

“Kamu mau ikut juga Yan? Tanya Ocha.

“Y kalau kalian nggak merasa keberatan…”

“Tentu nggak dong Yan…”

Mereka bertiga berjalan menuju perpustakaan. Setelah sampai,mereka mencari buku yang akan mereka baca masing-masing. Ocha duduk di sebuah bangku dengan buku yang akan dibacanya. Sinta dan Ryan menghampiri Ocha. Dengan sebuah rencana di kepala Sinta, ia pamit untuk ke kantin lebih dulu. Kini, di perpustakaan tinggal mereka berdua dan seorang penjaga perpustakaan.
Ryan, andai saja kamu tahu,aku mencintaimu sejak dulu, bahkan sampai sekarang. Apa kamu nggak sadar sama sekali kalau aku jatuh hati padamu. Aku selalu ingin di dekatmu, bahkan aku tak rela sedetik pun pisah denganmu, Ryan. Aku selalu menunggu kehadiranmu kembali, kini saatnya aku jujur padamu, tentang apa yang kurasakan selama ini. Tapi, aku takut Yan, bagaimana setelah aku kasih tahu semua ini, apakah kamu akan menjauhiku?
Seribu pertanyaan berkecamuk di hati Ocha. Namun Ocha menutupi kegundahan hatinya itu di depan Ryan.

***
Sepulang sekolah, Ocha langsung menuju kamarnya dan segera meraih HP dari dalam tasnya. Sebuah pesan dari Sinta muncul di layar HPnya

Cha,gawat!! Kayaknya kamu punya saingan buat mendapatkan hati Ryan. Vina anak Sastra A1 juga naksir Ryan. Sekarang dia sedang PDKT dengan Ryan. Dengar-dengar Ryan juga suka sama Vina.

Ocha meraih tasnya yang baru saja diletakkannya di atas meja. Ia bermaksud untuk mendengarkan informasi langsung dari Sinta. Ia tahu, Sinta masih sibuk menyelesaikan tugas laporan praktikum di kelas. Bagaimana pun juga, ia tidak mau kehilangan Ryan untuk kedua kalinya. Jika kemarin ia harus berpisah dengannya karena Ryan harus pindah ke Bandung, maka sekarang Ocha tidak mau hal itu terulang lagi.

Dengan diantar sopir pribadinya, Ocha tiba di sekolah. Tanpa membuang waktu,ia segera turun dari mobil dan berlari menuju kelasnya. Karena sangat tergesa-gesa, kakinya terantuk batu, dengan meringis kesakitan, ia berniat mengobati lukanya di UKS, Namun,baru tiba dipintu masuk UKS,ia tercengang dengan apa yang dilihatnya. Sesosok orang yang sangat dikenalnya, bahkan yang selama ini telah mengisi kekosongan dalam hatinya, kini sedang berpelukan mesra dengan seorang gadis, yang tidak lain adalah Vina, anak Sastra A1.

Perasaan Ocha sangat hancur, hatinya sakit dan dadanya terasa sesak, ia berlari tanpa peduli dengan luka di kakinya, karena luka di hatinya tidak sebanding dengan hatinya saat ini. Air matanya terus berjatuhan di sepanjang koridor kelas.

Ia berhenti di taman sekolah dan bersandar pada sebuah pohon. Ia menumpahkan semua kesedihannya bersama benda-benda yang ada di sekitar taman.

Sin, ternyata benar, aku telah melihat semuanya secara langsung. Ryan, aku tidak sanggup melihatmu menjadi milik orang lain. Kamu tahu Yan, apa yang aku rasakan saat ini?... Kini aku tak sanggup untuk bertemu denganmu.

Ocha terduduk lemas, air matanya terus mengalir di pipinya. Lidahnya kelu, tak mampu bicara sedikit pun. Langit mendung, petir menggelegar. Dalam sekejap, hujan turun dengan lebatnya, namun Ocha masih terpaku dalam duduknya. Sesak nafasnya kambuh, tiba-tiba ia tak sadarkan diri.

***
Di depan ruang UGD, keluarga Ocha sangat khawatir akan keadaan Ocha. Ryan serta temannya juga ada di antara keluarga itu. Dokter keluar dari ruang UGD. Orang tua Ocha segera menanyakan keadaan anaknya.

“Dok, bagaimana keadaan anak saya? Dia baik-baik saja kan Dok?.” Tanya ibu Ocha.

“Tenang Pak, Bu. Ocha baik-baik saja. Dia hanya kebanyakan pikiran dan kurang istirahat. Dia sudah bisa di jenguk saat ini.”

“Baik Dok, terima kasih.”

Mata Ocha sedikit demi sedikit mulai terbuka. Dilihatnya Ryan di antara orang tua dan teman-temannya. Ocha memandang Ryan dengan sangat tajam dan menitikkan air mata. Orang tua dan teman-teman Ocha paham akan hal itu. Mereka segera meninggalkan Ryan dan Ocha di dalam.

“Cha,apakah kamu tak ingin mendengarkan penjelasanku dulu? Kenapa kamu lari begitu saja?”

“Cukup Yan, aku nggak mau tahu apa yang kamu lakukan bersama gadis itu. Itu bukan urusanku. Lebih baik, sekarang kamu pulang saja!”

“Nggak Cha, aku harus menjelaskan ke kamu tentang salah paham ini. Di UKS kemarin, aku memeluk Vina. Tapi apa kamu juga tahu? Aku hanya membantu memerankan salah satu temannya yang kebetulan sedang sakit. Padahal hari itu adalah hari terakhir kelompok mereka untuk memberikan rekaman latihan drama.”

“Lalu untuk apa kamu menjelaskan semuanya padaku? aku nggak peduli, apa kamu hanya membantunya memerankan seorang tokoh di UKS, atau pun di sini.”

Tak terasa, air mata Ocha menetes di pipi, ia segera menepis dengan tangannya. Ryan duduk di samping tempat Ocha terbaring lemas, ia menatap Ocha dalam-dalam. Mata Ocha masih sembab, mungkin karena menangis terlalu lama. Ryan menggenggam tangan Ocha.

“Cha, kenapa kamu nggak mengatakan yang sebenarnya, bahwa selama ini kamu mencintaiku? Sinta sudah menceritakan semuanya, makanya aku ingin menjelaskan apa yang kamu lihat kemarin. Aku takutnya kamu jadi salah paham, dan akhirnya benar kan?.”

“Ryan…”

“Dengarkan aku dulu Cha. Selama ini, sebenarnya aku juga mencintaimu. Tapi aku mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya. Aku rasa ini adalah waktu yang sangat tepat. Maafkan aku telah membuatmu menunggu terlalu lama. Aku tahu, kamu selalu menunggu kata ini keluar dari mulutku.” Sela Ryan

“Aku sayang kamu Ryan. Aku rela menunggu terlalu lama, asal kamu bisa membalas cintaku.”

“Tentu sayang, kini aku telah mengakhiri penantian panjangmu.”

Ryan mencium kening Ocha dan membelai rambutnya dengan penuh kasih. Senyum Ocha mengembang, ia bangkit perlahan dan segera memeluk Ryan. Di ruang UGD itu, Ocha melepaskan penantian cintanya untuk Ryan.
===================================================================

By: Ocha
e-mail:o39chaimoeth@ymail.com.

Share this article :

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Window37 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger